Sabtu, 26 Januari 2013

Pohon yang Baik

Oleh: Ustadz Hasan Basri Tanjung MA
                                                                                                               
Allah SWT. mengajarkan kepada kita salah satu metode pembelajaran dalam al-Qur’an yakni perumpamaan (amtsaal). Suatu masalah akan lebih mudah dipahami jika diumpamakan, apalagi menyangkut perkara yang metafisik.   
Dalam umpama terkandung kearifan dan renungan, seseorang tidak secara langsung merasa menjadi objek, namun perlahan menyadari arah dan maksud pesan  tersebut. Perumpamaan dimaksudkan agar kita mengambil i’tibar (hikmah) dari suatu peristiwa. (QS. 29:43,17:89). 
Dalam al-Quran, Allah SWT. memberikan banyak perumpamaan.  Menjadikan nyamuk sebagai umpama (QS.2:26) yang berkaitan dengan kelemahan berhala (QS.22:73). Kebenaran seperti air dan logam murni, kebatilan laksana buih air dan tahi logam (QS.13:17). 
Cahaya Allah ibarat lobang yang tidak tembus (misykat) di dalamnya ada pelita besar (QS.24:35). Berinfak  di jalan Allah bagaikan sebutir biji yang tumbuh tujuh tangkai (QS.2:161) dan berinfak dengan riya tak ubahnya debu di atas batu licin (QS.2:265). 
Begitu juga orang berilmu tapi tidak mengamalkan disamakan dengan keledai (QS.62:5).  Masih banyak perumpamaan lain, meskipun kita seringkali tidak pandai mengambil pelajaran. 
Perumpamaan yang sangat menarik adalah seorang Mukmin itu laksana pohon yang baik (QS.14:24-25).  Kalimatan thoyyibah (kalimat yang baik) laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). Kalimat yang baik itu adalah laa ilaha illahllah(syahadat).  
Dalam Tafsir Jaami’ul Bayan, Ibnu Jarir Ath-Thabari juga menjelaskan kalimatan thoyyibah adalah persaksian tiada tuhan selain Allah, dan  syajarotun toyyibahadalah seorang Mukmin, ashluha tsabitun artinya laa ilaha illallah yang tertanam di dalam hati seorang Mukmin, wa far’uha fis-samaai yakni amal perbuatannya akan diangkat ke langit. 
Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik atau berkualitas ada tiga hal: Pertama, ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi). Akar yang kuat menjadi dasar dan tumpuan tumbuhnya pohon yang besar. 
Di sinilah pentingnya peran sang penanam yang ikhlas dan sungguh-sungguh, berkorban tanaga, pikiran dan membutuhkan waktu yang cukup lama.  Semakin dalam akarnya, maka semakin kuat pula pohon itu. Tidak mudah tumbang walau dihantam badai. Akar ibarat akidah tauhid (iman) yang tertanam di dalam lubuk hati sanubari seorang mukmin. 
Jika akidahnya kuat, maka ia mampu menghadapi cobaan dan godaan hidup seberat apapun.  Akidah tauhid harus ditanamkan oleh orang tua dan guru kepada anak sejak dini. Peran keduanya sebagai pendidik  sangat penting agar akar akidah anak menghujam ke lubuk hati sanubari. (QS.31:13).
Kedua, far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit). Pohon yang sudah berurat berakar, akan menumbuhkan batang yang besar, dahan dan ranting yang banyak serta berdaun lebat.   Ia akan membagikan oksigen yang bersih dan kesejukan bagi manusia. Hijau dan menyejukkan. 
Inilah ibarat seorang Mukmin yang taat dalam menjalankan syariat Islam, baik dalam ibadah ritual maupun sosial (muamalah). Akidah (iman) yang kuat harus tampak pada kepatuhan dalam menjalankan ibadah ketika menjalankan aktivitas sehari-hari.   
Ketiga, tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu). Pohon yang baik tidak hanya berakar kuat dan berdahan besar, tapi juga berbuah banyak dan enak. Bukan hanya pada musimnya, tapi di setiap musim tiada henti. Pohon berbuah  menguntungkan pemiliknya dan orang lain. Semakin bagus kualitasnya, semakin tinggi pula harganya. 
Inilah perumpamaan Mukmin yang berakhlak karimah. Akidah dan syariat yang kuat dan benar mestilah berbuah akhlak mulia (karakter islami). “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang terbaik akhlakhnya”. (HR. At-Turmudzi).  
Akhlak karimah inilah yang mulai pudar dari sebagian anak-anak, orang tua, pemimpin, politisi dan pejabat negara kita.  Pendidikan karakter hanya berhasil  jika ada model. Dalam sejarah, tidak ada yang berhasil menjadi model kecuali Nabi Muhammad SAW. (QS.33:21). 
Orang tua di rumah dan guru di sekolah harus menjadi pilar utama dan bertanggung jawab dalam menanamkan akidah, menjalankan syariat dan teladan dalam akhlak karimah. Insya Allah, anak-anak kita akan menjadi “pohon yang baik”. Amin. Allahu a’lam bish-shawab. (republika)

Tidak ada komentar: